
Susu Kambing untuk Penderita Asma Februari 25, 2012
Ida Rahmawati panik bukan
kepalang ketika wajah buah hatinya Sekar Ayu Dyah Larasati membiru. Mata bocah
5 tahun itu terpejam. Napasnya tersengal-sengal seperti tercekik. Berkali-kali
Ida menepuk-nepuk pipi anaknya, tetapi Dyah tak merespon. Ia bergegas membawa
Dyah ke Rumah Sakit Usada Insani, Tangerang, Provinsi Banten. Diagnosis dokter,
siswa Taman Kanak-kanak itu mengidap asma.
Bayangan 5 tahun silam
melintas di benak Ida Rahmawati. Ia ingat persis, ‘pada umur 6 bulan, Dyah
kerap batuk-batuk dari jam 02.00 sampai 04.00,’ ujar Ida. Dokter hanya
meresepkan sirop obat batuk dan antibiotik. Beberapa bulan berselang, timbul
gatal-gatal pada kulit. Ia pun kembali memeriksakan Dyah ke dokter. Hasilnya,
Dyah divonis alergi susu sapi. Oleh karena itu Ida mengganti susu bubuk sapi
dengan susu bubuk kedelai. Penggantian itu memang menghilangkan gatal-gatal
pada kulit Dyah. Namun batuk pada malam hari tak kunjung reda.
Bahkan setahun kemudian,
batuknya semakin parah. Napas tersengal-sengal seperti tercekik. Ida Rahmawati
menyambangi dokter lain untuk mengetahui penyebab batuk berkepanjangan itu.
Saat itulah ia tahu, Dyah mengidap asma karena alergi susu sapi. Sejak
diagnosis asma itulah, Dyah yang saat itu berusia 2,5 tahun mengkonsumsi puyer
antialergi 6 kali sehari. Kebiasaan itu berlangsung hingga Dyah berusia 7
tahun. Untuk memberikan pertolongan segera, Ida menyiapkan alat bantu
pernapasan nebulizer dan tabung oksigen ukuran 80 cm.
Stres
Obat dan piranti itu tak juga membantu kesembuhan Dyah. Buktinya ia sering opname karena serangan asma. ‘Obat dan nebulizer sudah tidak mampu menolongnya,’ ujar sang bunda. Hampir setiap 6 bulan Dyah dirawat di rumahsakit selama 2-3 hari. Asma Dyah kambuh terutama saat udara panas. Di sekolah yang dilengkapi pendingin ruangan, asma Dyah tak pernah kambuh. Namun, begitu pulang karena udara panas napasnya terengah-engah.
Obat dan piranti itu tak juga membantu kesembuhan Dyah. Buktinya ia sering opname karena serangan asma. ‘Obat dan nebulizer sudah tidak mampu menolongnya,’ ujar sang bunda. Hampir setiap 6 bulan Dyah dirawat di rumahsakit selama 2-3 hari. Asma Dyah kambuh terutama saat udara panas. Di sekolah yang dilengkapi pendingin ruangan, asma Dyah tak pernah kambuh. Namun, begitu pulang karena udara panas napasnya terengah-engah.
Menurut dr Mohamad Soleh,
asma bisa kambuh salah satunya bila dipicu stres. Stres bisa secara fisik
maupun psikis. Stres fisik bisa karena panas, dingin, lelah atau karena
penyakit lain. Asma Dyah kambuh saat udara panas bukan udara dingin seperti
asma pada umumnya. Menurut dr Imelda Magaritha asma adalah gangguan pernapasan
karena alergi. Gangguan itu berupa penyempitan saluran pernapasan yang
menghambat udara keluar dari paru-paru. Asma dapat kambuh jika sistem kekebalan
terpicu oleh penyebab alergi. Penyebab alergi berbeda setiap individu, misalnya
alergi susu sapi, udara dingin, debu atau stres.
Ketika upaya penyembuhan
secara medis tak menggembirakan, Ida mencoba pengobatan tradisional. Atas saran
kerabatnya, ia memberikan berbagai obat tradisional seperti hati kelelawar,
hati kura-kura, dan hati unta pada waktu yang berbeda. Dosisnya 50 gram 3 kali
sehari. Sayang, kesembuhan itu belum juga muncul.
Toleransi
Pada Oktober 2005, seorang rekan menyarankan untuk mencoba susu kambing. Barharap kesembuhan pada anaknya, Ida pun menuruti saran itu. Ia memesan 10 liter dengan harga 15.000 per liter. Susu kambing dikemas 200 ml, Ida mesti memanaskannya sebelum memberikan susu itu kepada Dyah. Sekali minum Dyah menghabiskan 200 ml dengan frekuensi 3 kali sehari. Efek terlihat pada 3 bulan pertama. Batuk pada malam hari mereda dan napas tersengal tidak terdengar lagi.
Pada Oktober 2005, seorang rekan menyarankan untuk mencoba susu kambing. Barharap kesembuhan pada anaknya, Ida pun menuruti saran itu. Ia memesan 10 liter dengan harga 15.000 per liter. Susu kambing dikemas 200 ml, Ida mesti memanaskannya sebelum memberikan susu itu kepada Dyah. Sekali minum Dyah menghabiskan 200 ml dengan frekuensi 3 kali sehari. Efek terlihat pada 3 bulan pertama. Batuk pada malam hari mereda dan napas tersengal tidak terdengar lagi.
Setelah 3 bulan
mengkonsumsi susu kambing, asupan puyer antialergi dihentikan. Pada 3 bulan
kedua susu kambing diberikan hanya 2 kali sehari. Untuk selanjutnya sampai
sekarang Dyah tetap meminum susu kambing, tapi cukup sekali sehari. Setelah
rutin mengkonsumsi susu kambing, setahun terakhir asma Dyah tidak pernah
kambuh. Tidak ada lagi acara bolak-balik ke rumahsakit. Nebulizer yang setia
memberi oksigen pun teronggok di sudut kamar.
Yang terpenting, gadis
cilik berusia 9 tahun itu sudah bisa tertawa lepas saat bermain dengan
teman-temannya. Tidak akan terdengar lagi larangan ibunya untuk menahan tawa
dan gerakan kala asyik bermain. Bagaimana duduk perkara susu kambing mengobati
asma? dr Imelda Margaritha menuturkan susu kambing meningkatkan daya
tahan tubuh. Itu lantaran kandungan mineral berupa magnesium, klorida dan
selenium yang bagus untuk metabolisme tubuh.
Susu kambing biasanya
dikaitkan dengan asma karena alergi susu sapi. Jika seseorang alergi susu sapi,
sebenarnya dia alergi dengan gula atau protein dalam susu sapi atau dikenal
dengan sebutan ? A1 kasein; susu kambing, betakasein. Susu kambing hanya
mengandung 4-4,1% gula laktosa sehingga masih ditolerir untuk orang yang alergi
laktosa. Bandingkan dengan kadar laktosa susu sapi yang berkisar 4-7% Jadi, penderita
asma sembuh atau reda setelah minum susu kambing, berarti dia alergi dengan
komponen yang ada pada susu sapi atau produk dari susu sapi. Jika tidak reda,
maka pemicu asma bukan karena alergi dengan komponen tadi.
Susu kambing bisa
dikonsumsi dalam bentuk cair, bubuk bahkan tablet. Dalam hal kestabilan zat
aktif (protein, mineral, vitamin), susu kambing tablet lebih stabil daripada
bubuk dan cair. Apa pun pilihannya, susu kambing terbukti mujarab mengatasi
asma seperti yang dialami Sekar Ayu Dyah Larasati. (Nesia Artdiyasa)
dikutip dari
http://www.trubus-online.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar